Gereja Khatolik menempati dua bulan khusus yaitu Mei dan Oktober untuk mengadakan devosi kepada Bunda Maria.
Mengapa harus bulan Mei dan Oktober ?
Dalam tradisi suci yang berkembang bulan Mei kerap kali dianggap sebagai awal kehidupan ( yang diambil dari negara yang memiliki empat Musim).
Bulan Mei adalah awal musim semi dimana bunga-bunga mulai bermekaran.
Dalam kaitan dengan musim ini, Gereja Katolik melihat melihat bulan Mei sebagai bulan dimulainya kehidupan baru yang dihubungkan dengan Maria sebagai " Hawa Baru ." Hawa sendiri berarti ibu dari semua yang hidup. Kej. 3:20 menyatakan, " Manusia itu memberi nama Hawa kepada istrinya, sebab dialah yang menjadi ibu semua yang hidup."
Bulan Mei sendiri di jadikan sebagai bulan Maria sejak abad 13, namun praktek ini menjadi terkenal di kalangan imam Jesuit pada tahun 1700-an.
Pengalaman Paus iman Paus Pius ke VII memperkuat tradisi ini. 1809 saat beliau di penjara ia berdoa kepada Yesus melalui dukungan doa Bunda Maria, agar dia dibebaskan dari penjara. Dan Paus Pius ke VII berjanji apabila dia dibebaskan maka ia akan mendedikasikan satu bulan khusus kepada umat Khatolik untuk secara khusus berdevosi kepada Bunda Maria. Lima tahun kemudia, tepatnya tanggal 24 Mei ia dibebaskan. Dan di tahun berikutnya setelah dibebaskan Paus Pius ke VII mengumumkan " Perayaan Bunda Maria Penolong Umat Kristen."
Bulan Mei dijadikan bulan Maria, semakin diperkuat saat dimana Paus Paulus VI mengumumkan Ensikliknya
" The Month of May "
Dan Bulan Oktober sering disebut sebagai bulan Rosario. Hal ini berkaitan dengan pengalaman iman saaat terjadi pertempuran di Lapento 1571 yang menyerang umat Kristiani oleh Turki. Paus Pius V tanggal 7 Oktober 1571, bersama umat Kristiani berdoa di Basilika Santa Maria Magiore. Doa Rosario didaraskan dari pagi hingga petang untuk pertempuran Lapento agar umat Kriatiani menang dalam pertempuran.
Paroki St. Yosef Onekore sendiri mengakhiri rangkaian devosi kepada Bunda Maria selama bulan Oktober 2022 dengan mengadakan Ziarah dan Perayaan Ekaristiti di Gua Maria Paroki St. Yosef Onekore yang berlokasi di belakang Gedung aula Marinus Kroll.
Dengan thema " Bersama Maria , Kita Tingkatkan Semangat Solidaritas bagi Sesama yang Lemah " sebagaimana seruan Yesus dalam Injil Lukas pada hari Senin ke-31 ( Luk. 14 : 12 - 14 ) Umat Paroki diteguhkan dalam Kotbah Pastor Paroki RP. Krispinianus Lado, SVD tentang yang dimaksud dari Yesus undangan untuk kaum lemah ( orang buta, lumpuh, disabilitas dan mereka yang tersisihkan ).
"Hal demikian yang diharapkan Oleh Tuhan Yesus, secara manusiawi (Harafia) agak sulit dijalankan atau dipraktekan kita pengikut Kritus yang hidup zaman ini, " demikian kata Pater Pian Lado (sapaan harian ). " Namun, yang dimaksudkan Yesus sebenarnya adalah secara rohani, bagaimana kita memperhatikan mereka yang butuh perhatian/bantuan (orang miskin, yang sakit, menderita, lumpuh buta, disabilitas dll) dikala saat kita bahagia/senang. " Demikian Lanjutnya.
Pastor Paroki juga mengingatkan umatnya bahwa "kita semua pasti menjadi tua, lemah dan mungkin seperti orang-orang yang dikatakan Tuhan Yesus fan membutuhkan bantuan orang lain. Oleg karena itu, marilah kita semua yang masih sehat oleh kasih karunia Tuhan, saat ini membantu mereka yang lemah." Demikian kata Pater Pian.
Sebagai penutup, Pastor Paroki mengharapkan agar Misa penutupan Devosi kepada Bunda Maria/Bulan Maria bukan berarti menutup doa dan berdevosi kepada Bunda Maria, melainkan umat tetap berdoa dan berdevosi. Pengalaman Iman telah menunjukkan keampuhan dan mujizat apabila berdoa memohon bantuan kepada Bunda Maria.
Misa diikuti juga Pastor Rekan RP. Kharis Djuwa, SVD yang mendampingi Pastor Paroki dan Liturgi yang meriah dari Lingkungan 12 bersama Koornya.
Misa Penutupan Bulan Maria tahun ini (Mei dan Oktober) terjadi di Gua Maria Paroki Onekore. Umat sangat antusias untuk menghadiri perayaan ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar