“Peran Kita dalam Mewujudkan Kesejahteraan Bersama "
(Disampaikan sebagai pengganti khotbah, pada Perayaan Ekaristi Hari Sabtu/Minggu, 18/19 Februari 2023
Para Ibu dan Bapak,
Suster, Bruder,
Frater, Romo,
Kaum muda, Remaja dan Anak-anak yang terkasih dalam Kristus,
1. Pada hari Rabu Abu, 22 Februari 2023 yang akan datang, kita akan
memasuki masa Prapaskah. Masa
Prapaskah adalah masa khusus – Retret Agung seluruh Gereja – untuk mensyukuri kasih Allah yang begitu besar kepada
kita. Kita juga diajak untuk
mengenali kembali jati diri kita. Melalui Musa, Tuhan menyatakan bahwa kita adalah umat yang kudus (Im 19:1-2). Dalam suratnya kepada jemaat di Korintus Rasul Paulus menyatakan bahwa “Roh Allah diam di dalam kamu …. Kamu adalah milik Kristus …” (1 Kor
3:16-23). Sementara itu, Yesus menyatakan “Haruslah kamu sempurna, sebagaimana Bapamu yang di surga sempurna
adanya” (Mat 5:48).
2. Gereja mengajarkan bahwa jati diri seperti itu adalah sama dengan
panggilan “menuju kesempurnaan kasih,
kesempurnaan kesucian dan kesempurnaan hidup
Kristiani” (LG 11.40). Panggilan ini dijelaskan secara panjang lebar
oleh Paus Fransiskus dalam Anjuran Apostolik
yang berjudul Bersukacita dan Bergembiralah
– Panggilan Menuju Kesucian dalam Dunia Sekarang Ini. “Kita seringkali tergoda untuk berpikir
bahwa kesucian hanya diperuntukkan bagi mereka
yang dapat menarik diri dari urusan sehari-hari dan menyediakan banyak waktu untuk berdoa. Bukan demikian. Kita
dipanggil untuk menjadi suci dengan menghayati
hidup kita dengan kasih dan dengan memberikan kesaksian dalam segala hal yang kita lakukan, di mana pun
kita berada. Apakah Anda terpanggil untuk
menjalani hidup bakti? Jadilah suci dengan menghayati komitmen Anda dengan gembira. Apakah Anda menikah?
Jadilah suci dengan mengasihi dan memberikan
perhatian kepada suami atau isteri Anda sebagaimana dilakukan oleh Kristus bagi Gereja-Nya. Apakah Anda bekerja untuk mencari nafkah?
Jadilah suci dengan bekerja secara
jujur dan cerdas dalam pelayanan kepada saudari- saudara Anda” (No. 14). Dalam rangkaian pernyataan Paus
Fransiskus ini saya ingin menambahkan satu pertanyaan dan jawabannya: “Apakah
Anda warga Keuskupan Agung Jakarta? Jadilah suci
dengan terus berusaha mencari jalan-jalan baru untuk
merawat dan mengembangkan kesejahteraan bersama”.
1.
Mengapa pertanyaan itu kita
tambahkan? Pada tahun ini kita umat Katolik Keuskupan
Agung Jakarta menjalani masa Prapaskah ketika kita – dalam rangka memahami
Ajaran Sosial Gereja – ingin mendalami tema kesejahteraan bersama dan mencari bentuk-bentuk aksi nyata untuk
dilakukan. Yang dimaksud sebagai kesejahteraan bersama adalah “keseluruhan kondisi-kondisi hidup kemasyarakatan, yang memungkinkan baik kelompok-kelompok maupun
anggota-anggota perorangan, untuk secara lebih penuh dan lebih lancar
mencapai kesempurnaan mereka sendiri”
(Gaudium et Spes No. 26). Sebagai
umat Kristiani kita dipanggil untuk terlibat dalam mengusahakan kesejahteraan bersama
itu.
Saudari-saudara terkasih,
2. Kita memasuki masa Prapaskah dengan rasa syukur karena di tengah
berbagai macam tantangan yang
disebabkan oleh wabah COVID – 19, pemerintah sungguh bekerja keras dan seluruh warga bangsa terlibat untuk
kesejahteraan bersama. Namun kita
semua juga sadar bahwa keadaan masyarakat kita tidak sedang baik- baik saja. Menurut
data Badan Pusat Statistik, sejak September 2019 hingga September 2022, jumlah orang miskin di Indonesia meningkat dari
24,78 juta menjadi 26,36 juta. Dalam periode Agustus
2019 hingga Agustus
2022, pengangguran di Indonesia juga meningkat dari 7,05 juta menjadi 8,42 juta. Kemiskinan dan kelangkaan lapangan
kerja ini berdampak
pada kesehatan masyarakat yang daya belinya
menurun. Menurut salah satu penelitian yang dipublikasikan
pada akhir tahun 2022 (Kompas 9
Desember 2022), diperkirakan 68% penduduk Indonesia (183,7 juta jiwa) tidak
mampu memenuhi kebutuhan gizi harian
mereka. Ini berdampak antara lain pada tingginya prevalensi stunting (tengkes)
anak-anak di Indonesia. Menurut Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), angka prevalensi tengkes
anak-anak balita pada tahun 2022 sebesar 21,6%. Sementara
itu, angka kasus tengkes pada anak-anak usia 12-13 bulan pada tahun 2022 meningkat dari 565.479 menjadi
978.930 anak (Kompas, 28 Januari
2023). Kesehatan mental masyarakat
juga terdampak. Berdasarkan hasil Survei Nasional Mengenai Kesehatan Mental Remaja Indonesia (=Indonesia National Adolescent Mental Health Survey I-NAMHS), satu
dari tiga remaja berusia 10-17 tahun di Indonesia
memiliki masalah kesehatan mental dalam 12 bulan terakhir. Jumlah itu setara dengan 15,5 juta remaja di
Indonesia. Tentu keadaan masyarakat kita jauh
lebih kompleks daripada yang tercermin dalam angka-angka itu.
Saudari-saudara terkasih,
3. Saya ingin mengajak Saudari-Saudara sekalian untuk secara khusus
menyadari satu dari antara kejahatan
kemanusiaan yang paling besar, yang langsung berlawanan dengan cita-cita kesejahteraan
bersama, yaitu perdagangan orang. Saudari-saudara kita yang paling miskin, rentan dan difabel,
serta perempuan dari
segala usia dan
anak-anak, kaum migran, pengungsi dan saudari-saudara kita yang datang dari keluarga yang tidak harmonis
sangat rentan dieksploitasi oleh praktik perdagangan
manusia. Pada awal Januari 2023 ini, polisi menangkap empat orang terduga pelaku perdagangan orang di sebuah
apartemen di kawasan Cempaka Putih, Jakarta Pusat. (Detik.com, 1 Januari 2023). Tindak
Pidana Perdagangan Orang (TPPO) juga banyak menyerang saudari-saudara kita pekerja migran Indonesia yang bekerja di luar negeri.
Menurut Direktur Perlindungan WNI, Kementerian Luar
Negeri, jumlah kasus Tindak Pidana Perdagangan Orang WNI di luar negeri periode 2017 hingga Oktober 2022 terus meningkat.
Kasus Tindak Pidana Perdagangan Orang
ada di sekitar kita, namun tidak selalu jelas terlihat, karena para penjual manusia bekerja secara
sembunyi-sembunyi dan rapi.
4.
Gereja menegaskan bahwa perdagangan orang dan penyelundupan migran adalah kriminal
dan dosa berat karena melecehkan serta merusak martabat
manusia (Komisi Keadilan Perdamaian dan Pastoral Migran Perantau, 2019, Arah Pastoral
Mengenai Perdagangan Manusia, No. 13). Paus Fransiskus menyebut praktik
perdagangan orang sebagai
luka serius dalam masyarakat dan Gereja sebagai Tubuh Kristus (Pesan Paus Fransiskus di hadapan peserta Konferensi Internasional Melawan Perdagangan Manusia,
10 April 2014). Karena itu, Bapa Suci menyampaikan komitmen Gereja untuk memerangi praktik
perdagangan orang. “Gereja
Katolik ingin terlibat dalam memerangi kejahatan perdagangan orang. Gereja ingin melindungi korban dari penipuan
dan bujuk rayu (oleh pedagang orang); Gereja ingin menemukan
mereka dan membebaskan mereka ketika mereka direkrut,
disekap dan direndahkan sebagai budak; Gereja
ingin mendampingi mereka setelah mereka dibebaskan” (Pesan Paus Fransiskus di hadapan peserta Hari Doa Sedunia, 12
Februari 2018).
Saudari-saudara yang terkasih,
5. Tantangan dan kenyataan yang tergambar dalam angka-angka dan
pernyataan- pernyataan itu
menunjukkan bahwa perjuangan untuk mewujudkan kesejahteraan bersama
menjadi sangat penting,
relevan sekaligus kompleks.
Kesejahteraan bersama adalah
wujud nyata dari keselamatan yang merupakan buah sengsara, wafat dan kebangkitan Kristus yang akan kita rayakan
pada Pekan Suci: keselamatan manusia
secara fisik (=tubuh),
mental (=jiwa) dan spiritual (=roh).
6. Pertanyaan yang mesti kita jawab adalah: apa yang harus kita lakukan
supaya kesejahteraan bersama
– fisik, mental,
spiritual – dapat semakin terwujud?
Beberapa contoh berikut
dapat kita pertimbangkan:
6.1. Kita bisa mulai dari keluarga kita masing-masing dan lingkungan
terdekat dengan merawat
dan mengambangkan keharmonisan relasi dalam keluarga
dan
lingkungan terdekat.
Relasi yang harmonis di dalam
keluarga dan masyarakat akan
memunculkan prakarsa-prakarsa kreatif untuk mengusahakan kesejahteraan bersama, misalnya ambil bagian dalam
pelayanan makanan bergizi untuk anak- anak yang mengalami gizi buruk di sekitar
kita.
6.2. Kita dapat membantu saudari-saudara kita yang masih berjuang untuk
dapat memenuhi kebutuhan dasar mereka
dengan membantu memberikan akses jaminan sosial,
bantuan karitatif lima kebutuhan dasar: pangan, sandang, papan, kesehatan, dan pendidikan.
6.3. Saudari-saudara kita yang mengalami gangguan kesehatan fisik, mental
dan spiritual menjadi sangat rentan terhadap berbagasi
macam eksploitasi. Perlu ditemukan aksi-aksi
kreatif untuk membantu
mereka, misalnya dengan menyediakan
layanan konseling, mengadakan kunjungan sapaan kepada saudari- saudara
kita yang mengalami kesepian.
6.4.
Motif ekonomi biasanya menjadi
penyebab orang terperangkap menjadi korban perdagangan orang. Upaya-upaya konkret
dapat dilakukan untuk membantu
saudari-saudara kita yang kurang beruntung, misalnya: mendapatkan pekerjaan
formal atau informal, membantu saudari-saudara kita itu dalam Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM),
memberi bantuan teknis ketrampilan, permodalan dan pemasaran, menciptakan
lapangan kerja baru, serta penyadaran dan
sosialisasi tentang bahaya perdagangan orang dalam keluarga dan lingkungan sekitar.
7.
Akhirnya bersama dengan para imam,
diakon dan semua pelayan umat, saya ingin
mengucapkan terima kasih kepada para Ibu / Bapak / Suster / Bruder / Frater/ Kaum Muda, Remaja dan Anak-Anak
semua yang dengan beraneka cara terlibat
dalam karya perutusan Keuskupan Agung Jakarta. Kita berharap melalui berbagai prakarsa yang kita jalankan
khususnya selama masa Prapaskah – sekecil dan sesederhana apa pun – kita terus dapat berkontribusi untuk mewujudkan kesejahteraan
bersama, wujud nyata keselamatan. Salam dan Berkat Tuhan untuk Anda semua, keluarga
dan komunitas Anda. Bunda Maria dan Bapa Yusuf doakanlah
kami.
+ Kardinal
Ignatius Suharyo
Uskup Keuskupan Agung Jakarta