Senin, 20 Februari 2023

SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2023

 

“Peran Kita dalam Mewujudkan Kesejahteraan Bersama "




(Disampaikan sebagai pengganti khotbah, pada Perayaan Ekaristi Hari Sabtu/Minggu, 18/19 Februari 2023

Para Ibu dan Bapak,

Suster, Bruder, Frater, Romo,

Kaum muda, Remaja dan Anak-anak yang terkasih dalam Kristus,

 

1.  Pada hari Rabu Abu, 22 Februari 2023 yang akan datang, kita akan memasuki masa Prapaskah. Masa Prapaskah adalah masa khusus – Retret Agung seluruh Gereja – untuk mensyukuri kasih Allah yang begitu besar kepada kita. Kita juga diajak untuk mengenali kembali jati diri kita. Melalui Musa, Tuhan menyatakan bahwa kita adalah umat yang kudus (Im 19:1-2). Dalam suratnya kepada jemaat di Korintus Rasul Paulus menyatakan bahwa “Roh Allah diam di dalam kamu …. Kamu adalah milik Kristus …” (1 Kor 3:16-23). Sementara itu, Yesus menyatakan “Haruslah kamu sempurna, sebagaimana Bapamu yang di surga sempurna adanya” (Mat 5:48).

2.   Gereja mengajarkan bahwa jati diri seperti itu adalah sama dengan panggilan “menuju kesempurnaan kasih, kesempurnaan kesucian dan kesempurnaan hidup Kristiani” (LG 11.40). Panggilan ini dijelaskan secara panjang lebar oleh Paus Fransiskus dalam Anjuran Apostolik yang berjudul Bersukacita dan Bergembiralah – Panggilan Menuju Kesucian dalam Dunia Sekarang Ini. “Kita seringkali tergoda untuk berpikir bahwa kesucian hanya diperuntukkan bagi mereka yang dapat menarik diri dari urusan sehari-hari dan menyediakan banyak waktu untuk berdoa. Bukan demikian. Kita dipanggil untuk menjadi suci dengan menghayati hidup kita dengan kasih dan dengan memberikan kesaksian dalam segala hal yang kita lakukan, di mana pun kita berada. Apakah Anda terpanggil untuk menjalani hidup bakti? Jadilah suci dengan menghayati komitmen Anda dengan gembira. Apakah Anda menikah? Jadilah suci dengan mengasihi dan memberikan perhatian kepada suami atau isteri Anda sebagaimana dilakukan oleh Kristus bagi Gereja-Nya. Apakah Anda bekerja untuk mencari nafkah? Jadilah suci dengan bekerja secara jujur dan cerdas dalam pelayanan kepada saudari- saudara Anda” (No. 14). Dalam rangkaian pernyataan Paus Fransiskus ini saya ingin menambahkan satu pertanyaan dan jawabannya: “Apakah Anda warga Keuskupan Agung Jakarta? Jadilah suci dengan terus berusaha mencari jalan-jalan baru untuk merawat dan mengembangkan kesejahteraan bersama”.


1.   Mengapa pertanyaan itu kita tambahkan? Pada tahun ini kita umat Katolik Keuskupan Agung Jakarta menjalani masa Prapaskah ketika kita – dalam rangka memahami Ajaran Sosial Gereja ingin mendalami tema kesejahteraan bersama dan mencari bentuk-bentuk aksi nyata untuk dilakukan. Yang dimaksud sebagai kesejahteraan bersama adalah “keseluruhan kondisi-kondisi hidup kemasyarakatan, yang memungkinkan baik kelompok-kelompok maupun anggota-anggota perorangan, untuk secara lebih penuh dan lebih lancar mencapai kesempurnaan mereka sendiri” (Gaudium et Spes No. 26). Sebagai umat Kristiani kita dipanggil untuk terlibat dalam mengusahakan kesejahteraan bersama itu.

Saudari-saudara terkasih,

2.  Kita memasuki masa Prapaskah dengan rasa syukur karena di tengah berbagai macam tantangan yang disebabkan oleh wabah COVID – 19, pemerintah sungguh bekerja keras dan seluruh warga bangsa terlibat untuk kesejahteraan bersama. Namun kita semua juga sadar bahwa keadaan masyarakat kita tidak sedang baik- baik saja. Menurut data Badan Pusat Statistik, sejak September 2019 hingga September 2022, jumlah orang miskin di Indonesia meningkat dari 24,78 juta menjadi 26,36 juta. Dalam periode Agustus 2019 hingga Agustus 2022, pengangguran di Indonesia juga meningkat dari 7,05 juta menjadi 8,42 juta. Kemiskinan dan kelangkaan lapangan kerja ini berdampak pada kesehatan masyarakat yang daya belinya menurun. Menurut salah satu penelitian yang dipublikasikan pada akhir tahun 2022 (Kompas 9 Desember 2022), diperkirakan 68% penduduk Indonesia (183,7 juta jiwa) tidak mampu memenuhi kebutuhan gizi harian mereka. Ini berdampak antara lain pada tingginya prevalensi stunting (tengkes) anak-anak di Indonesia. Menurut Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), angka prevalensi tengkes anak-anak balita pada tahun 2022 sebesar 21,6%. Sementara itu, angka kasus tengkes pada anak-anak usia 12-13 bulan pada tahun 2022 meningkat dari 565.479 menjadi 978.930 anak (Kompas, 28 Januari 2023). Kesehatan mental masyarakat juga terdampak. Berdasarkan hasil Survei Nasional Mengenai Kesehatan Mental Remaja Indonesia (=Indonesia National Adolescent Mental Health Survey I-NAMHS), satu dari tiga remaja berusia 10-17 tahun di Indonesia memiliki masalah kesehatan mental dalam 12 bulan terakhir. Jumlah itu setara dengan 15,5 juta remaja di Indonesia. Tentu keadaan masyarakat kita jauh lebih kompleks daripada yang tercermin dalam angka-angka itu.

Saudari-saudara terkasih,

3.  Saya ingin mengajak Saudari-Saudara sekalian untuk secara khusus menyadari satu dari antara kejahatan kemanusiaan yang paling besar, yang langsung berlawanan dengan cita-cita kesejahteraan bersama, yaitu perdagangan orang. Saudari-saudara kita yang paling miskin, rentan dan difabel, serta perempuan dari

segala usia dan anak-anak, kaum migran, pengungsi dan saudari-saudara kita yang datang dari keluarga yang tidak harmonis sangat rentan dieksploitasi oleh praktik perdagangan manusia. Pada awal Januari 2023 ini, polisi menangkap empat orang terduga pelaku perdagangan orang di sebuah apartemen di kawasan Cempaka Putih, Jakarta Pusat. (Detik.com, 1 Januari 2023). Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) juga banyak menyerang saudari-saudara kita pekerja migran Indonesia yang bekerja di luar negeri. Menurut Direktur Perlindungan WNI, Kementerian Luar Negeri, jumlah kasus Tindak Pidana Perdagangan Orang WNI di luar negeri periode 2017 hingga Oktober 2022 terus meningkat. Kasus Tindak Pidana Perdagangan Orang ada di sekitar kita, namun tidak selalu jelas terlihat, karena para penjual manusia bekerja secara sembunyi-sembunyi dan rapi.

4.    Gereja menegaskan bahwa perdagangan orang dan penyelundupan migran adalah kriminal dan dosa berat karena melecehkan serta merusak martabat manusia (Komisi Keadilan Perdamaian dan Pastoral Migran Perantau, 2019, Arah Pastoral Mengenai Perdagangan Manusia, No. 13). Paus Fransiskus menyebut praktik perdagangan orang sebagai luka serius dalam masyarakat dan Gereja sebagai Tubuh Kristus (Pesan Paus Fransiskus di hadapan peserta Konferensi Internasional Melawan Perdagangan Manusia, 10 April 2014). Karena itu, Bapa Suci menyampaikan komitmen Gereja untuk memerangi praktik perdagangan orang. “Gereja Katolik ingin terlibat dalam memerangi kejahatan perdagangan orang. Gereja ingin melindungi korban dari penipuan dan bujuk rayu (oleh pedagang orang); Gereja ingin menemukan mereka dan membebaskan mereka ketika mereka direkrut, disekap dan direndahkan sebagai budak; Gereja ingin mendampingi mereka setelah mereka dibebaskan” (Pesan Paus Fransiskus di hadapan peserta Hari Doa Sedunia, 12 Februari 2018).

Saudari-saudara yang terkasih,

5.  Tantangan dan kenyataan yang tergambar dalam angka-angka dan pernyataan- pernyataan itu menunjukkan bahwa perjuangan untuk mewujudkan kesejahteraan bersama menjadi sangat penting, relevan sekaligus kompleks. Kesejahteraan bersama adalah wujud nyata dari keselamatan yang merupakan buah sengsara, wafat dan kebangkitan Kristus yang akan kita rayakan pada Pekan Suci: keselamatan manusia secara fisik (=tubuh), mental (=jiwa) dan spiritual (=roh).

6.  Pertanyaan yang mesti kita jawab adalah: apa yang harus kita lakukan supaya kesejahteraan bersama fisik, mental, spiritual dapat semakin terwujud? Beberapa contoh berikut dapat kita pertimbangkan:

 

6.1.   Kita bisa mulai dari keluarga kita masing-masing dan lingkungan terdekat dengan merawat dan mengambangkan keharmonisan relasi dalam keluarga dan


lingkungan terdekat. Relasi yang harmonis di dalam keluarga dan masyarakat akan memunculkan prakarsa-prakarsa kreatif untuk mengusahakan kesejahteraan bersama, misalnya ambil bagian dalam pelayanan makanan bergizi untuk anak- anak yang mengalami gizi buruk di sekitar kita.

6.2.  Kita dapat membantu saudari-saudara kita yang masih berjuang untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar mereka dengan membantu memberikan akses jaminan sosial, bantuan karitatif lima kebutuhan dasar: pangan, sandang, papan, kesehatan, dan pendidikan.

6.3.  Saudari-saudara kita yang mengalami gangguan kesehatan fisik, mental dan spiritual menjadi sangat rentan terhadap berbagasi macam eksploitasi. Perlu ditemukan aksi-aksi kreatif untuk membantu mereka, misalnya dengan menyediakan layanan konseling, mengadakan kunjungan sapaan kepada saudari- saudara kita yang mengalami kesepian.

6.4.    Motif ekonomi biasanya menjadi penyebab orang terperangkap menjadi korban perdagangan orang. Upaya-upaya konkret dapat dilakukan untuk membantu saudari-saudara kita yang kurang beruntung, misalnya: mendapatkan pekerjaan formal atau informal, membantu saudari-saudara kita itu dalam Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), memberi bantuan teknis ketrampilan, permodalan dan pemasaran, menciptakan lapangan kerja baru, serta penyadaran dan sosialisasi tentang bahaya perdagangan orang dalam keluarga dan lingkungan sekitar.

7.   Akhirnya bersama dengan para imam, diakon dan semua pelayan umat, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada para Ibu / Bapak / Suster / Bruder / Frater/ Kaum Muda, Remaja dan Anak-Anak semua yang dengan beraneka cara terlibat dalam karya perutusan Keuskupan Agung Jakarta. Kita berharap melalui berbagai prakarsa yang kita jalankan khususnya selama masa Prapaskah – sekecil dan sesederhana apa pun kita terus dapat berkontribusi untuk mewujudkan kesejahteraan bersama, wujud nyata keselamatan. Salam dan Berkat Tuhan untuk Anda semua, keluarga dan komunitas Anda. Bunda Maria dan Bapa Yusuf doakanlah kami.





+ Kardinal Ignatius Suharyo
Uskup Keuskupan Agung Jakarta


Tidak ada komentar:

Posting Komentar