Terbersit di benak, apa penghayatan saya dibalik Perayaan Ekaristi Malam Natal dan Hari Natal 25 Desember ? Apakah tidak perlu mengikuti Perayaan Ekaristi kedua-duanya, cukup salah satunya ?
Yang disebut liturginya sama, apabila bacaan-bacaan dan doanya sama. Hal ini saya temukan saat mengikuti misa setiap hari minggu biasa. Kita bisa temukan / alami di paroki-paroki termasuk Paroki Onekore dengan diadakan beberapa kali Perayaan Ekaristi (Misa) dengan alasan pastoral umatnya banyak. Namun Liturgi malam Natal 24 Desember dengan Natal 25 Desember jelas berbeda. Hal ini' bisa dilihat dari bacaan-bacaan dan doa-doanya. Maka sari segi pemahaman permaknaan jelas berbeda.
Misa Malam Natal sebenarnya memberi tekanan tentang kelahiran-Nya (Kelahiran Yesus Kristus) yang sudah terjadi sejak awal, yakni dalam kehendak Bapa di Surga untuk mengangkat martabat manusia ke dfalam sejarah keselamatan-Nya ( Lks. 2:1-14). Kelahiran Maria di Betlehem merupakan ajakan bagi saya dan kita semua untuk menyerahkan kemanusiaan kita (dalam ziarah/sejarah manusia) untuk dimasukkan/ diikutsertakan dalam sejarah keselamatan oleh Tuhan.
Dan, Misa Natal 25 Desember adalah permenungan yang lebih berpusat pada peristiwa mengabarkan lahirnya Kristus di dalam kehidupan orang beriman yang pertama, yakni para gembala (Luk. 2 : 15 - 20). Para gembala adalah pewarta-pewarta pertama yang mengundang saya, kita semua untuk sujud dan menyembah ke hadapan Sang Bayi (Kanak-Kanak) penyelamat, dan selanjutnya menjadi pewarta Kabar bagi/Gembira bagi dunia.
Malam Natal, adalah saat dimana saya turut menantikan detik-detik kelahiran juru selamat dan Hari Natal adalah hari dimana kita menerima Kabar Gembira dari para gembala serta mengumandangkan hari kebahagiaan sekaligus pemakluman kepada dunia bahwa Sang Juru Selamat telah lahir.
Jadi, apabila pemahaman saya bahwa misa Malam Natal adalah cukup dan misa Natal 25 Desember tidak perlu diikuti adalah kepincangan rohani (penghayatan akan Kelahiran dan Kabar Gembira Natal). Telah empat minggu masa penantian (adven) dan saat kelahiran saya sunggu terlibat, namun kebahagiaan, sukacita akan kelahiran saya abaikan/tidak terlibat untuk merayakan dan memaklumkan ke seluruh penjuru dunia atau sebaliknya Malam Natal saya tidak ikuti, tetapi ikuti misa Natal 25 Desember. Saya hanya mau bergembira dan bersukacita tetapi empat minggu masa penantian adalah sia-sia karena detik-detik kelahiran Sang Juru Selamat tidak turut berjaga dan menyaksikan.
Dimanakah Posisi Saya ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar